Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, pada hari Minggu meresmikan pusat pengembangan teknologi kecerdasan buatan, AI Center, di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.
Setelah acara peresmian, Meutya mengungkapkan bahwa AI Center di Universitas Brawijaya telah dilengkapi dengan fasilitas yang sangat baik.
"Kami tentu akan mendorong agar hasil yang diperoleh juga luar biasa, termasuk aplikasi-aplikasi kecerdasan buatan yang sangat bermanfaat, seperti dalam bidang ketahanan pangan," ujarnya.
AI Center Universitas Brawijaya dibentuk untuk mendukung kegiatan penelitian terkait pengembangan dan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di berbagai sektor.
Meutya berharap kehadiran AI Center di Gedung Rektorat Universitas Brawijaya dapat meningkatkan penggunaan teknologi AI dalam bidang-bidang seperti ketahanan pangan, kesehatan, agribisnis, logistik, dan manufaktur.
"Ini dapat dimanfaatkan oleh peternak dan petani di Indonesia untuk mencapai target swasembada kita," tambahnya.
Pusat AI Universitas Brawijaya menyelenggarakan program pelatihan dan sertifikasi yang mencakup topik pembelajaran mesin, deep learning, pemrosesan bahasa alami, serta penerapan kecerdasan buatan untuk mahasiswa, dosen, dan profesional, bekerja sama dengan AWS, Microsoft, dan Google.
Di samping itu, Pusat AI juga menyediakan layanan konsultasi untuk membantu perusahaan dan institusi yang ingin memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan dalam mendukung proses bisnis dan operasional mereka.
Tim ahli di Pusat AI akan mendampingi dalam perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi penggunaan sistem berbasis kecerdasan buatan sesuai dengan kebutuhan spesifik dari perusahaan atau institusi tersebut.
Meutya juga menyatakan bahwa negara masih mengalami kekurangan individu yang memiliki keterampilan digital.
Ia menjelaskan bahwa untuk meningkatkan jumlah sumber daya manusia yang terampil dalam bidang digital, diperlukan kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi dan pemerintah.
"Oleh karena itu, kami telah menjalin kerja sama untuk tahap awal dengan minimal 500 pelajar, serta 100 sertifikasi, dan ke depannya tentu akan ada lebih banyak lagi," ujarnya.
"Kami sangat mendukung inisiatif ini karena kami memperkirakan bahwa kebutuhan akan kualitas digital hingga tahun 2030 mencapai sembilan juta," tambah Meutya, yang berharap agar upaya Universitas Brawijaya dapat menjadi contoh bagi perguruan tinggi lainnya.
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., berharap bahwa keberadaan AI Center dapat mendorong peningkatan kolaborasi penelitian dengan mitra untuk mengembangkan kecerdasan buatan.
"Kami juga memohon arahan dari Ibu Menteri serta dukungan lainnya dalam pengembangan talenta digital di Indonesia," tuturnya.
Berita Terkait
404
404