Sebelumnya, hanya segelintir individu yang sangat memperhatikan kemajuan teknologi yang mengetahui tentang DeepSeek, sebuah perusahaan kecerdasan buatan asal China. Namun, dalam beberapa hari terakhir, perusahaan ini telah menjadi topik pembicaraan utama di Silicon Valley. Hal ini disebabkan oleh peluncuran DeepSeek-R1, model bahasa besar yang baru. Model AI ini memiliki kemampuan untuk melakukan "penalaran" yang sebanding dengan model terbaik saat ini dari OpenAI, yaitu o1. Model tersebut hanya memerlukan waktu beberapa detik atau menit untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang sulit dan menyelesaikan masalah yang kompleks.
Selain itu, DeepSeek-R1 juga berhasil meraih skor yang setara atau bahkan lebih tinggi dibandingkan o1 dari berbagai lembaga independen yang melakukan pengujian untuk menilai kinerja AI dalam menjawab pertanyaan mengenai berbagai topik.
DeepSeek-R1 mengejutkan banyak pihak karena dilaporkan dilatih dengan biaya yang jauh lebih rendah, sekitar USD 5 juta, serta menggunakan unit pemrosesan grafis (GPU) yang jauh lebih sedikit. Hal ini berkaitan dengan pembatasan ekspor teknologi yang diterapkan oleh AS terhadap China.
Berbeda dengan o1 yang hanya dapat diakses oleh pelanggan ChatGPT berbayar pada tingkat Plus (USD 20 per bulan) dan tingkat yang lebih tinggi, DeepSeek-R1 diluncurkan sebagai model sumber terbuka yang sepenuhnya gratis. Akibatnya, model ini dengan cepat meraih popularitas dan menjadi salah satu model AI yang paling banyak diunduh.
DeepSeek menawarkan situs web dan aplikasi gratis dengan antarmuka chatbot R1 yang sangat mirip dengan ChatGPT dari OpenAI, yang menjadi salah satu aspek paling menarik dari platform ini. Keunggulan tersebut, ditambah dengan biaya pengembangan yang rendah, telah mengejutkan dan membuat panik perusahaan-perusahaan teknologi besar di Silicon Valley.
Meskipun informasi mengenai perusahaan ini masih terbatas, DeepSeek tampaknya melanjutkan misi awal OpenAI untuk menjadikan kecerdasan buatan dapat diakses oleh masyarakat luas. Saat ini, OpenAI dianggap terlalu fokus pada keuntungan.
"Kita berada di era di mana perusahaan-perusahaan non-AS masih berpegang pada misi awal OpenAI, yaitu melakukan penelitian yang benar-benar terbuka dan inovatif yang memberdayakan semua orang. Ini sangat tidak masuk akal," ungkap Jim Fan, Senior Search Manager di Nvidia.
"Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ini mengubah seluruh permainan. Ini bukan hanya tentang kecerdasan buatan, tetapi juga merupakan kritik besar terhadap upaya AS yang keliru dalam menghentikan kemajuan teknologi China, yang tanpa itu DeepSeek mungkin tidak akan ada. Seperti yang sering dikatakan, kebutuhan adalah ibu dari penemuan," tambah pengusaha web Arnaud Bertrand.
Dalam serangkaian pengujian oleh pihak ketiga, DeepSeek berhasil mengungguli Llama 3.1 dari Meta, GPT-4o dari OpenAI, dan Claude Sonnet 3.5 dari Anthropic dalam hal akurasi, mencakup berbagai aspek mulai dari pemecahan masalah kompleks hingga matematika dan pengkodean.
Menurut Alexandr Wang, CEO Scale AI, Amerika Serikat mungkin telah mendominasi China dalam kompetisi kecerdasan buatan selama sepuluh tahun terakhir, namun segalanya berubah pada Hari Natal. "Apa yang kami temukan adalah bahwa DeepSeek menunjukkan kinerja terbaik, atau setara dengan model-model terbaik dari Amerika," ungkap Wang yang dikutip oleh detikINET dari CNBC.
"Saya telah memanfaatkan Gemini, ChatGPT, dan Claude secara intensif untuk merangkum dokumen selama hampir satu tahun. DeepSeek lebih unggul dibandingkan yang lainnya. Versi chatbot-nya tersedia secara gratis. Biaya untuk menggunakan API-nya juga 99,5% lebih rendah dibandingkan dengan harga API OpenAI," jelas seorang jurnalis dari Economic Times.
Berita Terkait
404
404