Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI/ICMA) menginformasikan bahwa para pengusaha tambang saat ini sedang melakukan penyesuaian bertahap terhadap tingkat produksi batu bara akibat penurunan ekspor batu bara pada bulan Maret 2025. Direktur Eksekutif APBI/ICMA, Gita Mahyarani, menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan akan melakukan efisiensi biaya, termasuk menunda pengeluaran modal atau capital expenditure (capex) dan langkah-langkah lainnya.
"Perusahaan juga dianjurkan untuk melakukan penilaian terhadap rantai pasok dan pengelolaan produksi agar lebih responsif terhadap perubahan pasar saat ini," ujar Gita saat dihubungi, Selasa (22/4/2025). Namun, Gita menekankan bahwa tantangan bagi industri batu bara tidak hanya berasal dari pasar global, tetapi juga dari meningkatnya biaya produksi.
Pernyataan ini jelas menjadi pertimbangan tambahan bagi pelaku usaha dalam mempertahankan kelangsungan operasi produksi mereka,” kata Gita. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor batu bara pada Maret 2025 mencapai US$1,97 miliar. Angka ini mengalami penurunan sebesar 5,54% dibandingkan bulan sebelumnya. "Nilai ekspor batu bara mengalami penurunan 5,54% secara bulanan dan 23,14% secara tahunan," ungkap Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers pada Senin (21/4/2025). Komoditas dengan kode HS 2701 ini menyumbang 9,03% dari total ekspor nonmigas Indonesia yang mencapai 30,01% pada Maret 2025.
Nilai ekspor nonmigas ke Amerika Serikat tercatat sebesar US$2,63 miliar, mengalami peningkatan sebesar 12,08% dibandingkan bulan sebelumnya, ujar Amalia. Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyatakan bahwa penurunan nilai ekspor pada perdagangan Maret 2025 tidak signifikan. 'Jangan sebut rontok, lebih tepatnya turun. Rontok itu jika dari 100% menjadi 25%. Jadi, ini bukan rontok, melainkan hanya terkoreksi,' ungkap Tri saat ditemui di kantornya pada Senin (21/4/2025). Tri juga menambahkan bahwa kementeriannya akan menyelidiki penyebab dari penurunan capaian ekspor batu bara bulan lalu. 'Kita akan lihat apa masalahnya,' tuturnya.
China Shenhua Energy Co, yang merupakan produsen batu bara terbesar di China, sebelumnya melaporkan penurunan laba dan menghentikan pembelian batu bara dari luar negeri akibat tingginya persediaan. Sementara itu, Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China (CCTD) pada bulan Januari tahun ini melaporkan bahwa proyeksi produksi batu bara di China akan meningkat sebesar 1,5% year on year (yoy) pada tahun 2025, mencapai 4,82 miliar ton. Pada tahun 2024, produksi batu bara China diperkirakan akan meningkat sebesar 0,8% yoy menjadi 4,75 miliar ton.
Impor batu bara China diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 1,9% dibandingkan tahun lalu, mencapai 525 juta ton, setelah sebelumnya meningkat 13% pada tahun 2024 menjadi 535 juta ton. Harga batu bara termal domestik di China diprediksi akan turun menjadi 630—730 yuan per ton pada kuartal II-2025 akibat tekanan dari sisi pasokan. Sementara itu, permintaan batu bara di negara Asia Timur tersebut diperkirakan akan tumbuh 1% dibandingkan tahun lalu, didorong oleh sektor kelistrikan dan kimia, meskipun konsumsi dari sektor konstruksi dan logam diperkirakan akan terus menurun.
Berita Terkait
404
Penurunan Ekspor Batu Bara, Penambang Indonesia Mengatur Produksi
Disandera Oleh China, Harga Batu Bara Tetap Stagnan
404
Penurunan Ekspor Batu Bara, Penambang Indonesia Mengatur Produksi
Disandera Oleh China, Harga Batu Bara Tetap Stagnan